Syeikh Sa’id Nabhan memiliki nama lengkap Sa’id bin Sa’ad bin Muhammad bin Nabhan Al Hadramati Ath-Tho’I Asy-Syafi’i. Al HAdramati merupakan penisbatan pada daerah tempat kelahiran sekaligus tempat beliau wafat, yakni Hadramaut, Yaman. bBeliau dikenal juga dengan Laqob Abdul Amjad. Beliau lahir pada akhir abad ke 13 / 1300 H.
Syeikh Sa’id Nabhan adalah orang yang sangat alim, ahli bahasa, sastrawan, dan memiliki sanad qira’ah sab’ah mutawatir. Kecintaan kepada ilmu pengetahuan mengantarkannya menjadi seorang yang mahir dalam berbagai cabang keilmuan islam.
Beliau juga merupakan saudara dari Salim Nabhan, pendiri took kitab Salim Nabhan di Surabaya yang kemudian mendirikan percetakan kitab ditempat yang sama. Salim sendiri dikenal sebagai pendatang yang turut lebur dalam melawan kolonialismeBelanda di Nusantara.
Syeikh Sa’id Nabhan berkelana ke penjuru dunia. Makkah, Mesir dan ternyata juga cukup lama menetap di Nusantara bersama saudaranya, Salim Nabhan. Beliau hijrah dari Hadramaut ke Indonesia untuk menyebarkan ilmu agama sembari menambah pengetahuan dan menyebarkan kebenaran. Menurut sebagian cerita, disebutkan bahwa beliau juga sempat mengajar ilmu kebahasa-araban, ilmu faroid dan ilmu hadis. Tentang seberapa lama beliau menetap di pulau Jawa, belum ditemukan sejarah yang menyebutkannya.
Syeikh Sa’id Nabhan berguru kepada ulama alim yang masyhur dimasanya, diantara para gurunya adalah Habib Abdullah bin Husain Thohir, Habib Abdullah bin Husain Balfaqih, Sayyid Abdullah bin Harun bin Shihab. Sedangkan murid beliau yang paling terkenal di Nusantara adalah Syeikh Yasin bin Isa Al Fadani.
Di akhir umurnya Syeikh Sa’id Nabhan memutuskan untuk kembali ke kampong halamannya, Hadramaut, Yaman. Beliau pun metetap disana hingga akhir hayatnya dan tutup usia pada bulan jumadil ula tahun 135 4 H
Syair Pelajaran Tajwid
Karya Syeikh Sa’id Nabhan yang sangat terkenal di Nusantara dan masih dipelajari dan digunakan hingga sekarang adalah Nadzham Hidayatus Shibyan fi Tajwid Al Qur’an. Nadzam yang memuat penjelasan tentang dasar ilmu tajwid ini biasa dimanfaatkan sebagai bahan ajar ilmu tajwid yang dihafal para santri pesantren maupun siswa madrasah di Indonesia.
santri ponpes Mamba'ul Huda |
Nadzam karangan Syeikh Sa’id Nabhan ini juga telah disyarahi ( di jabarkan ) oleh ulama’ terkenal, seperti Syeikh Muhamad bin Ali bin Kholaf Al Husain Al Hadad dengan kitabnya Irsyadul Ikhwan, Syeikh Ahmad MUthohhar bin Abdurrahman Al Maraqi As Samarani dengan kitabnya Syifa’ul Jinan.
Beliau juga menulis syarah dari kitab karangannya sendiri, yang kemudian diberi nama Mursyidul Ikhwan.
Sesuai dengan namanya, Hidayatus Shibyan fi Tajwid Al Qur’an ( petunjuk bagi anak dalam membaca Al Qur’an), kitab ini berisikan tatacara membaca Al Qur’an dengan benar dan fasih sesuai kaidah tajwid.
0 Komentar